17 Juni 2009

The Magical Power of Repetion

THE MAGICAL POWER OF REPITION
oleh KH. Drs. Wahfiudin, MBA




Diantara ucapan Syekh Nazhim Haqqani, sewaktu beliau datang ke Suryalaya beberapa tahun yang lalu dan duduk disebelah kanan Pangersa Abah Anom adalah : "Kalian boleh sekolah setinggi-tingginya dan memasuki universitas yang ternama di manapun. Tetapi yang namanya ilmu itu bagaikan batang-batang lilin. Setinggi-tingginya ilmu yang kalian raih, hanya seperti batang-batang lilin. Tetapi batang lilin, meskipun setinggi atau sebesar pohon kelapa, tidak akan bermanfaat kalau tidak ada yang
menyulutkan api kepada lilin itu, tidak ada yang menyulutkan cahaya kepada lilin itu. Dan salah satu orang yang bisa menyulutkan cahaya, menyulutkan api kepada batang lilin itu adalah orang yang
berada disebelah kanan saya (Abah Anom). Beliau yang berada di sebelah kanan saya, terlihat menunduk seperti tidur padahal tidak, justru apa yang saya sampaikan adalah apa yang ada dalam hatinya. Saya hanya menyampaikan apa yang hendak beliau sampaikan melalui qolbunya.




Syekh Nazhim melanjutkan : "Inilah salah satu orang besar yang ada di dunia Timur. Selagi Beliau masih ada jangan ditinggalkan". Itulah pesan Syekh Nazhim.

Seperti kita lihat, secara fisik lahiriyah, Pangersa Abah sudah lemah. Oleh karena itu, kita yang mengaku sebagai muridnya, perlu bertanya kepada diri sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk Beliau. Abah berjuang siang dan malam, bahkan disaat kita tidak menyadarinya. Mari kita sama-sama rapatkan barisan seperti pesan Abah Sepuh dalam TANBIH, ulah aya kabengkahan jeung sadayana, jangan ada perpecahan diantaran kita. Tidak mungkin kita bisa berjalan sendiri-sendiri, mengatasai semua persoalan sendiri. Kita harus bersama. Mudah-mudahan keberkahan-keberkahan yang kita nikmati dari Guru Mursyid, tidak kita nikmati sendiri tetapi membagi-bagikannya kepada saudara-saudara kita yang lain diluar sana sangat memerlukannya. Oleh karena itu kita perlu bekerja dengan langkah-langkah yang sistematik. Marilah kita bekerja dengan manajemen yang rasional dengan berbagi tugas dan tanggung jawab. Pertumbuhan penduduk Indonesia begitu cepat sehingga jumlahnya kini mencapai 220 juta jiwa. Tapi berapa banyak yang sudah mengenal talqin dzikir, meskipun setiap hari Wakil Talqin memberikannya. Tetapi dengan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, masih banyak saudara-saudara kita yang belum merasakan nikmatnya dzikir ini.Mursyid, cukuplah seorang saja. Pelayan Mursyid itulah yang perlu banyak.

Allah Swt. berfirman di dalam al-Qur'an surat Ali 'Imran : 190-191 : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".

Dalam ayat di atas kegiatan utama seorang Ulil Albab adalah dzikir dan fikir. Kata-kata dzikir selalu dikaitkan dengan Allah seperti alladziina yadzkuruunallaah sedangkan fikir selalu dikaitkan dengan fenomena atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam atau realitas alam. Oleh karena itu ketika berdzikir jangan berfikir. Orang-orang yang sudah terbiasa berfikir akan merasa kesulitan ketika dilatih berdzikir berbeda dengan orang awam yang lebih mudah melakukan dzikir. Dengan dzikir, kita akan terhubung kepada Allah sehingga akan kita dapatkan cahaya ilahi, hidayah, inspirasi atau petunjuk. Tapi meskipun kita mendapat petunjuk, kalau kita jarang berfikir maka petunjuk-petunjuk itu akan sulit untuk diurai, tidak bisa mejabarkannya apalagi menerapkannya. Sehingga ada orang yang mendapatkan cahaya Allah dengan dzikirnya tetapi karena tidak terbiasa berfikir maka cahaya Allah tersebut tidak bermanfaat untuk orang yang tinggal di sekitarnya. Jadi dzikir dan fikir harus seimbang.



Untuk menyeimbangkan kedua hal tersebut kita perlu latihan (riyadhoh). Seperti seorang yang mengemudikan mobil, tangan, kaki dan matanya bisa bekerja bersamaan. Kunci dari latihan adalah disiplin dan pengulangan. Sehingga Nabi berkata : Perbaharuilah iman kalian. Sahabat bertanya bagaimana memperbaharui iman kami itu? Jawab nabi dengan memperbanyak ucapan Laa ilaaha ilallah. Dalam dunia training atau latihan-latihan dikenal istilah The magical power of repition. Artinya seseorang yang secara terus menerus melakukan pengulangan suatu hal maka akan muncul kekuatan yang tidak terbayangkan. Dalam sebuah hadits Nabi bersabda : Aku tidak menghawatirkan kalian tentang perbuatan dosa seperti syirik, zina dan pembunuhan karena semua itu terlihat. Tetapi yang aku khawatirkan adalah perbuatan dosa kecil yang terus menerus kalian lakukan sehingga menjadi kebiasaan.

Begitu juga dzikir yang kita amalkan, lakukan terus menerus.

(Kutipan dari www.suryalaya.org)

Di balik layar shalawat Badar

Di balik layar shalawat Badar


Sholawat Badar

Sholawat Badar

Sholawat Badar adalah rangkaian sholawat berisikan tawassul dengan nama Allah, dengan Junjungan Nabi s.a.w. serta para mujahidin teristimewanya para pejuang Badar. Sholawat ini adalah hasil karya Kyai Ali Manshur, yang merupakan cucu KH. Muhammad Shiddiq, Jember. Oleh itu, Kyai 'Ali Manshur adalah anak saudara atau keponakan KH. Ahmad Qusssyairi

( Sholawat Badar ulama besar dan pengarang kitab ""Tanwir al-Hija" yang telah disyarahkan dengan judul "Inarat ad-Duja"oleh ulama terkemuka Haramain, Sayyid 'Alawi bin 'Abbas bin 'Abdul 'Aziz al-Maliki al-Hasani.


Sholawat Badar

Diceritakan bahawa karya ini ditulis oleh Kiyai 'Ali Manshur sekitar tahun 1960, tatkala kegawatan umat Islam Indonesia menghadapi fitnah Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika itu, Kiyai 'Ali adalah Kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, juga menjadi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di situ. Keadaan politik yang bercelaru saat itu dan kebejatan PKI yang bermaharajalela membunuh massa, bahkan ramai kiyai yang menjadi mangsa mereka, menyebabkan terlintas di hati Kiyai 'Ali, yang memang mahir membuat syair 'Arab sejak nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri lagi, untuk menulis satu karangan sebagai sarana bermunajat memohon bantuan Allah s.w.t. Dalam keadaan sedemikian, Kiyai 'Ali tertidur dan dalam tidurnya beliau bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih - hijau, dan malam yang sama juga, isteri beliau bermimpikan Kanjeng Nabi s.a.w.

Setelah siang, Kiyai 'Ali langsung pergi berjumpa dengan Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi

dan menceritakan kisah mimpinya tersebut. Habib Hadi menyatakan bahawa manusia-manusia berjubah tersebut adalah para ahli Badar. Mendengar penjelasan Habib yang mulia tersebut, Kyai 'Ali semakin bertekad untuk mengarang sebuah syair yang ada kaitan dengan para pejuang Badar tersebut. Lalu malamnya, Kyai 'Ali menjalankan penanya untuk menulis karya yang kemudiannya dikenali sebagai "Sholawat al-Badriyyah" atau "Sholawat Badar".

Apa yang mengherankan ialah keesokan harinya, orang-orang kampung mendatangi rumah beliau dengan membawa beras dan bahan makanan lainnya. Mereka menceritakan bahwa pagi pagi sekali mereka telah didatangi orang berjubah putih menyuruh mereka pergi ke rumah Kyai 'Ali untuk membantunya karena satu kenduri akan diadakan di rumahnya. Itulah sebabnya mereka datang dengan membawa bahan makanan tersebut menurut kemampuan masing-masing. Tambah pelik lagi apabila malamnya, hadir bersama untuk bekerja membuat persiapan kenduri orang-orang yang tidak dikenali siapa mereka.

Sholawat Badar


Menjelang keesokan pagi, serombongan habaib yang diketuai oleh Habib 'Ali bin 'Abdur Rahman al-Habsyi Kwitang

tiba-tiba datang ke rumah Kiyai 'Ali. Tidak tergambar kegembiraan Kiyai 'Ali menerima tetamu istimewanya tersebut. Setelah memulakan perbicaraan bertanyakan khabar, tiba-tiba Habib 'Ali Kwitang bertanya mengenai syair yang ditulis oleh Kiyai 'Ali tersebut. Tentu sahaja Kiyai 'Ali terkejut kerana hasil karyanya itu hanya diketahuinya dirinya seorang dan belum dimaklumkan kepada sesiapa pun. Tapi beliau mengetahui, ini adalah satu kekeramatan Habib 'Ali yang terkenal sebagai waliyullah itu. Lalu tanpa lengah, Kiyai 'Ali Manshur mengambil helaian kertas karangannya tersebut lalu membacanya di hadapan para hadirin dengan suaranya yang lantang dan merdu. Para hadirin dan habaib mendengarnya dengan khusyuk sambil menitiskan air mata kerana terharu. Setelah selesai dibacakan Sholawat Badar oleh Kiyai 'Ali, Habib 'Ali menyeru agar Sholawat Badar dijadikan sarana bermunajat dalam menghadapi fitnah PKI.

Ya akhi , mari kita perangi genjer –genjer PKI itu dengan sahalawat Badar ! ”kata Habib Ali kwitang mantap . setelah itu Habib Ali kwitang memimpin doa , lalu rombongan itu memohon diri .Maka sejak saat itu masyhurlah karya Kiyai 'Ali tersebut.

Selanjutnya, untuk mempopulerkan shalawat badar , Habib 'Ali Kwitang telah mengundang para ulama dan habaib ke Kwitang untuk satu pertemuan, termasuk dijemput ialah Kyai 'Ali Manshur bersama pamannya KH. Ahmad Qusyairi. Dalam pertemuan tersebut, Kyai 'Ali sekali lagi diminta untuk mengumandangkan Sholawat al-Badriyyah gubahannya itu. Maka bertambah masyhur dan tersebar luas Sholawat Badar ini dalam masyarakat serta menjadi bacaan popular dalam majlis-majlis ta'lim dan pertemuan.

Semoga Allah swt memberikan sebaik-baik ganjaran dan balasan buat pengarang Sholawat Badar serta para habaib tersebut..... al-Fatihah.

15 Juni 2009

Dua maulid di dua kota pada satu hari

Dua Mawlid di dua Kota Dalam satu hari

Dua maulid di dua kota pada satu hari

oleh Shodiqur Rifqi

Pada 29 Mei 2009 yang lalu penulis diberi kesempatan untuk menghadiri maulid Nabi di kota Solo , Jawa Tengah dalam rangka safari maulid bersama Syaikh Hisyam Kabbani ( wakil mursyid tarekat Naqsybandi Haqqani ) dan Habib Syech bin ‘Abdul Qadir Assegaf ( Pengasuh Ahbabul Mushthofa ) serta KH . Salman Dahlawi ( Mursyid tarekat Naqsyabandiyah Mujaddidiyah Khalidiyah dan pengasuh Ponpes Al-Manshur , Popongan , Klaten , Jateng )

Pada acara bertajuk “Solo Bersholawat “ banyak sekali dihadiri ribuan jama’ah , walaupun hujan yang mengguyur kota Solo sejak senja hari tak menyurutkan kehadiran mereka di masjid agung Surakarta yang berada di alun –alun Keraton tersebut .

Acara yang dimulai sejak jam 8 an malam itu diawali pembacaan qashidah yang sangat merdu yang dibawakan oleh santri – santri Habib Syech yang terkenal dengan pukulan terbang dan rebananya yang khas serta suara yang merdu . Setelah itu Habib Syech yang datang kemudian bersama Syaikh Hisyam beserta rombongan langsung memimpin pembacaan syair - syair yang semangat yang membikin rindu kepada Nabi Saw .


Ketika mulai beranjak malam , Syaikh Hisyam memberikan tausiyah yang diter- mahkan oleh Syekh Mushtofa Mas’ud . Diantara nasehat syaikh Hisyam antara lain :


“Nisbah dari pujian Allah pujian kepada Nabi Muhammad adalah Oleh karena kita diperintah oleh Allah untuk melakukannya sebagai satu bentuk dan langkah pendekatan kehadirat Dia yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Maha Penyayang .

Barangsiapa memuji kepada Rasulullah seperti diberitakan oleh Allah sesungguhnya Allah sendiri berikut seluruh para Malaikat berkenan untuk hormat .“

Hormat adalah kerendahan hati untuk membuat yang dihormati terjunjung tinggi . Allah yang Maha Luhur Maha Agung saja menempatkan diri-Nya begitu rendah hati , apakah kalau kita mengikuti Dia dan memuji nabi Muhammad tidak akan diberi keberuntungan yang berlipat ganda tiada terhingga ? “

………

( Syaikh Hisyam bertanya kepada para hadirin ) :

“anda semua pengen surga atau neraka ??

“apakah kalian shalat lima waktu ? “

“apakah anda suka dusta ?”

“Dusta kita adalah karena kita di zaman azali dahulu sudah berjanji , ketika kita berjanji bersama Allah .

Oleh karena itu ditanya “ Siapakah Aku “ ? ya kami menyaksikan bahwa Engkau Tuhan kami dan bahwa nabi Muhammad adalah junjungan kami yang harus tidak boleh kami jauh jauh dari padanya .

Tapi di dunia ini kita terjerumus asyik dengan sensasi dan stimulasi dari syahwat dan dunia , kita lupa dengan janji kita itu , itulah dusta yang kita lupa .

Dusta paling besar adalah mendustakan Nabi Muhammad seolah - olah beliau tidak ada . “

……………

Acara maulid diakhiri dengan sambutan oleh Habib Syech serta doa oleh serta KH . Salman Dahlawi .


* makan malam bersama sebelum maulid dimulai



Pagi harinya pada hari Sabtu , penulis berkesempatan lagi mengikuti maulid Nabi Muhammad saw di Musholla Baitul ‘Atiq , Gedong Kuning , Yogyakarta .

Sebagai khadimul maulid adalah Ir. Habib M.Effendi al-Eydrus ( mursyid tarekat Alawiyah juga salah seorang murid Habib M. Luthfi bin Yahya , Pekalongan ).


Jadwal acara yang dimulai sejak habis subuh dengan pembacaan surat Yasin , wirid Aqidah Nafi’ah (lil Imam ‘Ali bin Abi Bakar as sakran ) dan Ratib ‘Alaydrus ( lil Imam ‘Abdullah Alaydrus ) tersebut didatangi para jama’ah yang jumlahnya sampai ratusan , juga dihadiri para tokoh masyarakat seperti TNI , Kepolisian , Pemkot Yogyakarta dan para ulama .


Habib Muhammad Effendi yang biasa disapa dengan panggilan habib Muh yang asli orang kalimantan dalam setahun sekali biasa menyelenggarakan Maulid Nabi secara meriah tahun ini temanya adalah “ Jimat Perekat Kedamaian Dunia “.

Pada Maulid kali ini , salah satu daya tariknya adalah kehadiran al-Habib Muhammad Luthfi bin ‘Ali bin Hasyim bin Yahya ( Pekalongan ) untuk acara pelantikan Idaroh Syu’biyyah Jam’iyyah Ahlith Thoriqah al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Kodya Yogyakarta ( Periode 2008 – 2012 ) .

Pada saat penulis datang sekitar pukul delapan pagi dimulailah pembacaan Ratib al-‘Adni (lil Imam Abu Bakar Alaydrus al-‘Adni) serta maulid al- Mahmud (lil Habib ‘Alwi bin Abi Bakar Bilfaqih) .Setelah itu sambutan Khadimul Maulid yang diwakili oleh seorang staf TNI .

Hal yang tidak terduga adalah hadirnya Habib ‘Ali bin Muhammad al-Haddad dari Hadhramaut ( beliau merupakan wakil dari Habib ‘Umar bin Muhammad bin Hafizh untuk Darul Mushtafa di Indonesia ) , serta Thoha Al-Musawa yang merupakan sarjana dari Qum , Iran .

Tausiyah pertama disampaikan Thoha Al-Musawa , kemudian tausiyah kedua oleh Habib ‘Ali bin Muhammad al-Haddad yang diterjemahkan oleh Thoha Al-Musawa .


Diantara Nasehat Habib ‘Ali adalah :

“ Dimana suatu saat beliau Rasulullah saw pernah menuju ke Thaif untuk berdakwah sendiri . Tapi sesampainya disana mslsh beliah mendapatkan lemparan demi lemparan batu , dimana batu tersebut ada yang mengenai hidung beliau , ada yang mengenai ubun –ubun beliau sampai berdarah .

Tetapi beliau pun tahu Darah yang mengucur atau menetes itu ditadai dengan kedua tangan beliau sehingga tidak ada darah yang menetes ke bumi . beliau ditanya “ emangnya kenapa ya Rasul , kalau engkau tadai itu darah “ ?? kata beliau “ Aku takut apabila darahku itu terkena bumi Maka bala dari Allah akan terkena buat mereka “.

Malaikat pun turun , “ Ya rasul apakah kamu izinkan saya untuk memberikan insya Allah kepada mereka , jika dua gunung ini saya himpitkan kepada mereka saya hancurkan mereka dengan dua gunung ini

jangan , jangan “ , Rasul menolak itu ..“Aku masih berharap nanti diantara tulang sulbi mereka akan mengeluarkan orang –orang yang akan mengikuti ajaran kami “.

Jagalah inilah Nabi kalian yang mana membalas keburukan dengan kebaikan , mem balas sayyiah dengan hasanah , inilah akhlak Rasul saw “ .

Kemudian jamaah disuguhi jamuan makan siang berupa nasi kebuli dilanjutkan sholat zuhur .

.......

Setelah cukup lama menunggu , menjelang ashar datanglah Habib M.Luthfi bin Yahya , karena waktu yang semakin sempit , khotbah ikhtitam segera dimulai .

Diantara nasehat yang disampaikan oleh Habib Luthfi adalah :

Di dalam kitab jamiul ushul lil Awliya Thoriqah adalah buah nya syariah , tasawwuf adalah buahnya thoriqah . jadi bukan tasawwuf melahirkan thoriqah , tapi thoriqah yang melahirkan tasawwuf .

Sumbernya thoriqah adalah : “al ihsan an ta’budallah ka annaka tarah , fa in lam takun tarah , fa innahu yarooka . “ itu sumbernya thoriqah

Sekali lagi thoriqah bukan satu wadah yang artinya merupakan kayak partai, tidak.

atau kelompok yg mendadak dibentuk ,itu tidak .Tetapi thoriqah sudah ada taswwuf sudak ada semenjak baginda Nabi saw

Orang – orang ahli tasawwuf , dalam tasawwuf itu dibagi tiga bagian . Tasawuf yang terkait dengan akhlak wal adab ini disebut mubtadi-iin , pertama kalau sekolah itu baru SD .

contohnya orang makan disunahkan pakai tangan kanan , setelah cuci tangan , adabnya membaca doa setelah makan itu sudah merupakan tasawwuf itu disebut tasawwuf mubtadi-iin . masuk kamar mandi kaki kiri , keluar kaki kanan itu disebut tasawwuf .

jadi yang artinya tasawwuf itu bukan pakaian baju yang kumal atau baju yang tambal -tambalan apalagi umpamanya , bukan itu , kacamata nya berbeda .

tasawwuf itu meletakkan adalah alat pembersih hati letaknya memang di hati .

………….

Nanti merasakan memerlukan zikir dan memerlukan orang yang mentalqin kepada kita nanti setelah kita begini ( habib memperagakan orang yang lagi sakaratul maut , red ) sebelah nya yasin , yang begini ( sakarat , red ) tetap saja , yang yasinan tetap saja , terus .Ditalqin Allah Allah ndak denger , Alhamdulillah kalau masih denger saja masih alhamdulillah . Tapi kalau mendengar lupa mau apa ? orang itu semua mau mati nggak kira – kiranya? akan mati .


Persiapan kita menghadap kepada Allah Swt itu apa , untuk hingga bisa mencapai martabat husnul khotimah . Kalau kita menjadi orang yang pelupa , diitalqin Allah – Allah , kaget , Allah itu siapa ? lupa kepada Allah swt .Nah , Thoriqat sangat penting sekali disini berperan pada waktu sakaratul maut .

……..

Thoriqah itu jumlahnya banyak ada 41 thoriqah semua bersumberkan dari baginda nabi saw dan tidak ada thoriqh itu saling unjuk saya yang paling tinggi saya paling besar , ndak ada . yang bisa menakar kalimat Laa ilaha illAllah siapa ? (Allah ) .

Kalimat Laa ilaha illAllah yang dibaca Qadiriyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Syadzaliyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca ‘Alawiyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Syathoriyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Jistiyyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Idrisiyyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Tijaniyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Haqqaniyah , Laa ilaha illAllah yang dibaca Suhrawardiyah , syathoriyah dan sebagainya , semuanya Laa ilaha illAllah , siapa yang bisa menakar bobotnya kalimat Laa ilaha illAllah . itu kan awliya nya saja masing- masing , ini pangkat nya keawliyaannya nya tinggi , ini tinggi , itupun tidak dijadikan tolak ukur .

.......

Kita diwajibkan cinta kepada al -’ulama cinta kepada para awliya , sudah .

Kewajiban kita mahabbah tidak wajib mengetahui mana wali ini yang lebih tinggi mana wali ini yang lebih rendah . Itu bukan urusan saya , itu urusan Allah swt yang menciptakannya .

Urusan kita kewajiban mahabbah kepada para awliya-illah , mahabbah kepada para al-’ulama , mahabbah kepada ahli baitin Nabi saw.

………..

Kemudian acara pelantikan Idaroh Syu’biyyah Jam’iyyah Ahlith Thoriqah al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah Kodya Yogyakarta ( Periode 2008 – 2012 ) dilksanakan . Yang melantik adalah KH.Drs. Chabib Thoha ( Habib Luthfi setelah tausiyah meninggalkan arena acara untuk berisitirahat ) dan ditutup dengan doa oleh Habib Muh.Effendi al-eydrus .

Semoga syafaat Rasul saw kita dapatkan di dunia dan akhirat , Amiin .